Manusia Baik #SpecialEdition

Ini tentang seseorang . . .

Tentang seseorang yang pernah sebelumnya tertulis disini, tetapi gw hapus. Lalu gw menulisnya kembali . . .

Dan ini jelas saja bukan cerita sambungan dari ini, ini berbeda.

Seorang manusia baik, gw mengenalnya sekitar 3 tahun yang lalu dengan sedikit cerita dia mengambil beberapa lembar kertas yang ditulisnya, dan tersimpan dalam buku hidup gw.

Bukan sebuah kenangan buruk , mengenalnya adalah sebuah kebanggaan. 

“ Setiap manusia itu gak ada yang bersalah, karena kita sedang sama-sama belajar di kehidupan ini ”, kira-kira seperti itu ucapnya.

Ada rasa canggung untuk mengingatnya, ada rasa bersalah juga ketika menyebut namanya. Di tahun yang lalu, gw bermimpi dia datang dan menjabat tangan ini, dan nyata nya dia menghilang.

Entah mengapa sulit untuk menulis cerita tentangnya, sulit menggambarkan cerita yang telah berlalu, sulit untuk menggambarnya dengan kata-kata kiasan. Dan gw rasa, gw takut untuk menulis tentang nya. Walaupun tulisan tentangnya mungkin tidak akan terbaca olehnya, tetapi sulit untuk menggambarkan kebaikannya. Bantuannya disaat gw ujian, pujiannya disaat gw terbuang, dan cerita travelling nya masih gw inget, walau pun sedikit.

Dan gw bukan wanita manis dengan duduk rapih layaknya sang putri, gw juga tak mampu menahan tawa dan hanya memberikan senyum manis saja ketika kawan bercerita lelucon konyol, dan gw lebih nyaman menyingkap rok feminim ini ketimbang berjalan anggun, gw bukan apa-apa seperti lainnya. Tapi terima kasih untuk semua cerita tentang kedewasaan, tentang kehidupan, juga tentang persahabatan. Karena itu lebih dibanding rok anggun yang berbentuk aneh, dibanding menterengnya warna blush on sang badut, atau jejeran pager kawat penahan gigi yang sekarang hanya sebatas style saja.

Yaaa benar, gw pernah menyukainya dan disaat itu pula dia mengetahuinya. Dan disaat yang lalu dia masih menanyakannya. Disaat dia mengetahuinya, gw fikir dia akan benar-benar hilang ternyata dia masih menjadi sobat sampai sekarang, masih menjadi tempat bercerita walaupun sudah jarang.

Gw sadar kalau gw ragu akan keberadaannya, mengenalnya di tahun-tahun lalu tanpa ada sebuah pertemuan itu seperti kita hidup dalam dunia khayal kita. Terlebih hanya kita sendiri yang mengenalnya, tidak ada teman yang tau seperti apa wajahnya seperti apa suaranya, dan untungnya kita hidup dijaman jejaring social. Begitu pun gw, seperti sedang bermimpi atau bengong karena kita gak tau wujud aslinya seseorang itu seperti apa? Bukan meminta secara fisik, hanya sebatas pembuktian saja kalau kita sama-sama hidup di planet yang sama, Negara yang sama, dan pulau yang sama dengannya.

Gw pernah sesekali meminta pada Tuhan, agar gw dipertemukannya. Tapi Tuhan tidak semudah itu mengabulkannya, karena Tuhan tau saat itu bukanlah waktu nya, dan beberapa hari kemarin Tuhan menjawabnya setelah sekian lama gw tak memintanya. Pertemuan yang tak disengaja, membuat kecanggungan terlontar dengan sebuah sapaan saja. dan sekarang gw tau, kita hidup di planet yang sama, Negara yang sama, dan pulau yang sama. Dan gw terlihat bodoh ketika menyadarinya dia duduk tak jauh dari tempat duduk gw. Gw benar-benar takut untuk menyapanya dan gw juga takut untuk memandanginya lama-lama, karena tak lama dari itu dia akan langsung menoleh kearah gw.

“ Maaf kalau saat itu gw tak langsung menyapa lo, karena gw bener-bener takut ”.

Tetapi ketika sapaan itu terlontar, ada rasa sedikit penasaran. Perasaan lo gimana? Apa lo juga ngerasain bahwa manusia khayal lo sekarang benar-benar ada, sama seperti gw . . .

gambarnya dari sini

Dan gw memang membiarkannya pergi, karena gw cukup untuk memandangi bahunya saja.

Untuk manusia baik : gw tau lo akan bête klo gw ngucap “maaf” jadi gw mau bilang makasih lagi buat lo.