Kamis, 18 Juni 2009

hanya SEBUAH AKU. 3

Bercerita tentang sore itu. Di bawah pohon beringin yang besar ini, rasanya begitu nyaman, dan menanti matahari terbenam dari sela daun-daun yang rindang. Huuft…mendamaikan jiwa, suara para pengasuh yang sedang memberikan makan pada anak majikannya, suara klakson kendaraan yang samar terdengar karena mereka cukup jauh letaknya dari aku, dan juga suara ketawa-ketiwi para anak muda yang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, sungguh sore yang menyenangkan.
Tapi, kedamaian itu berganti menjadi malam yang sulit ditebak karena kota Jakarta banyak tebakan. Sudah biasa jika malam datang akan banyak para pekerja komersial yang mencari uang disini ditaman ini. Tapi, malam ini berbeda, menyadarkan seorang PSK yang telah lelah mencari uang dengan cara yang tidak halal ini.
Ia menduduki ku, karena aku bangku taman. Dengan sebatang rokok yang baru ia bakar dengan pematiknya, dia juga mengeluarkan sebuah album foto, sepertinya umur album itu tidak jauh dari umurnya karena kelapukan dari foto itu aku melihatnya. Ia terdiam, sesaat. Kemudian menangis tanpa bersuara, lalu melempar rokoknya tepat pada genangan air karena hujan baru saja mengguyur taman ini.
Lalu datang pria paruh baya, sepertinya pria itu sedang mabuk. ”sayaaangg....!!temenin om yukk...”, ucap pria itu, rasa nya ingin menendang pria itu bau bir nya begitu menyengat uhhh....!! aku sudah tak tahan dengan bau badan dan mulutnya ini. Untung saja wanita ini langsung mendorong pria itu hingga terjatuh dan pingsan di pojokan pesis seperti mayat korban pembunuhan.
Dan wanita itu kembali duduk pada ku. Dan dia hanya terus menangis-menangis dan terus menangis,lama sekali aku menunggu ia berhenti dalam tangisannya, 1 jam, 2 jam, 3 jam hingga 5 jam, akhirnya ia berhenti menangis dan mulai menghusap pipi nya yang basah juga matanya yang sudah terlihat membengkak.
Tapi, pikiranku salah. Ku fikir setelah ini sang wanita akan pulang ke rumah dan beristirahat di rumahnya, tapi dia justru mengeluarkan kater yang ia bawa di dalam tasnya dan dengan ragu ia tempelkan kater yang ku rasa sangat tajam ke pergelangan tangannya, persis seperti orang yang ingin bunuh diri. Tuhan....apakah aku harus melihat seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya tanpa bisa aku mencegah Tuhan...tolong kirimkan seseorang yang mampu mencegah wanita ini untuk bunuh diri Tuhan, aku tak ingin melihat seseorang yang meninggal lagi dengan bercucuran darah setelah aku lihat pengamen kecil yang meninggal tepat didepan ku, tempo lalu....
Sungguh aku tak ingin melihat ini, jika saja aku mempunyai kaki maka aku akan segera berlari dan mengumpat dibalik pohon besar ditaman ini, atau aku akan mendorong wanita ini agar usahanya gagal, tapi kenapa Kau tak berikan aku kaki yang mampu ku gerakkan sendiri. Gimana kalau wanita ini berhasil mengakhiri nyawanya.....
Ohhhhhh.....thanks GOD. Kau kirimkan seseorang yang mungkin dapat menolong wanita ini. Pemulung, ya dia seorang pemulung bapak-bapak yang umurnya sekitar 50 sampai 60 tahunan. Pemulung itu menghampiri wanita itu.
‘Sudah yakin untuk menyelesaikan cerita di dunia?” ucap pemulung itu yang terus saja memandangi wanita itu tetapi wanita itu tak bergerak dan tak mengeluarkan suara apapun, persis seperti patung. Tapi aku merasakan jiwa wanita itu makin bergetar, makin bimbang, dan makin basah pipinya kini, karena air matanya terus saja mengalir tanpa mampu dibendung lagi.
Entah apa yang harus ku lakukan, sungguh aku dibuatnya bingung sejak semalam tadi. Mungkin inilah beruntungnya menjadi sebuah bangku taman, hanya diam.
Aku penasaran apa yang akan dilakukan seorang pemulung ini untuk wanita yang jalan pikirnya sedang kacau balau. Dan aku terus berdoa kepada Tuhan agar wanita ini tidak melakukan dosa terburuk..
Lalu tak lama dari itu, aku mendengar pemulung itu berkata lagi. ”hidup itu seperti kita membaca buku cerita, banyak hal yang membuat kita harus bersabar membaca cerita hingga akhirnya cerita itu selesai, tetapi kamu beruntung sudah mau mendapatkan cerita akhir dari buku ceritamu, saya saja harus bersabar menunggu buku saya selesai terbaca, bagi saya masalah kamu tidak bisa membuka lagi lembaran kertas dibuku cerita mu, itu bukan alasan karena akan ada teman yang akan menolong mu untuk membalik lembaran kertas mu”, ucap pemulung itu yang membuat aku sedikit bingung akan kata-katanya.
”sesungguhnya kau akan tersenyum ketika kater itu kau buang ke tempat sampah dan begitu juga kau akan menangis tanpa henti ketika kater itu mampu meneteskan darah segar dari urat nadi mu”, ucap pemulung itu lagi yang membuat aku lagi-lagi dibuatnya bingung. Oh Tuhan....makhluk apa yang Kau kirimkan begitu tak jelas, dan aku dibuatnya tambah bingung ketika pemulung itu langsung meninggalkan wanita yang masih terdiam dalam tangisnya. Sial....apa yang harus ku lakukan. Arrrgghh......!!!
Lalu tersentak aku kaget, karena tiba-tiba wanita itu terbangun dalam pangkuanku, hey mau kemana kau???? Teriakanku yang sedikit pun tak terdengar.
Wanita itu bingung, dia mencari pemulung itu, berlari kesana-kesini tapi tak menemukan kemana perginya pemulung itu, hey pemulung itu hilang, sepertinya dia baru saja pergi bersama karung yang dibawanya. Apa orang Indonesia telah menciptakan sayap untuk para pemulung agar mudah dalam bekerja, karena pemulung itu benar-benar tak ada. Dan wanita itu langsung melempar kater yang berada ditangan nya masuk ke dalam tong sampah, dan untuk kesekian kalinya wanita itu menangis sejadi-jadinya dengan duduk bersimpuh...
Sebenarnya aku bingung dengan kejadian ini, hati sebuah bangku memanglah tak peka bahkan aku pun tak mengerti mengapa wanita ini terus saja menangis, dan beberapa saat dia pergi meninggalkanku di taman ini.
Sudah beberapa hari ini tak melihat wanita itu, sempat aku berfikir kalau wanita itu telah meninggal bunuh diri. Tapi lagi-lagi aku salah, aku salah lagi, pagi ini, ya di pagi yang sangat cerah ini aku melihat wanita itu lagi, lengkap dengan jilbab juga baju muslim nya dan juga album foto yang didekapnya erat...

Tidak ada komentar: