Hari itu Belalang kena sidang dari sahabatnya si Kecebong
dan si Keong. Bermula dari kecurigaan Kecebong
yang mengira sahabat nya ini adalah lesbian, karena menurut dia si Keong adalah
pejantan yang paling tampan, tetapi si Belalang betina ini tetap saja tidak
melirik si Keong.
“Spesies-spesies yang hidup disini tuh gak ada yang
ngeraguin ketampanannya si Keong, kenapa kamu bisa gak jatuh cinta dengan si Keong?”
“Aku bilang aku tidak suka dia Kecebong…. jangan paksa”,
ucap Belalang yang mulai bosan dengan persidangan malam itu.
“Kamu yakin? Di wilayah ini tidak ada betina yang menolak
ketampanan ku padahal, apa yang kamu cari? Atau jangan-jangan benar dugaan si Kecebong,
kamu lesbi?” tambah Keong penuh selidik.
“Heei… jangan asal kalau bicara, aku normal. Nanti saja,
nanti juga akan ada yang duduk disini, disamping aku”, kata Belalang sambil
membersihkan batu kecil disampingnya.
“Aku berani bertaruh kalau kamu saja tidak tau siapa yang
akan duduk disamping kamu itu nantinya, iya kan?” potong Kecebong yang hanya
dibalas senyum-senyum manis si Belalang.
Malam itu Kecebong memutuskan untuk mengambek dengan Belalang,
karena dia merasa gagal sebagai sahabat yang tidak bisa mencarikan pasangan
untuk Belalang si sahabatnya, sedangkan dia akan mendapatkan anak yang ketiga
dari pasangannya.
Jalanan yang masih becek sehabis hujan sore itu memang
membuat Belalang iseng menyipreti si Keong dengan genangan air. Tapi si Keong
tetap saja terdiam, membiarkan sahabatnya itu terus berceloteh tanpa henti
tentang hari-harinya.
“Kamu kenapa sih Keong, dari tadi diem aja? Kamu gak mau
nganterin aku ya?” Tanya si Belalang.
“Aku tuh tampan gak sih?” hanya kalimat itu yang terlontar,
dan si Belalang seakan hafal apa yang difikirkan sahabatnya itu selama
diperjalanan pulang.
“Yaaa ampun, dari tadi diem gara-gara ini doang? Kamu tampan
kok, tapi buat mereka”.
“Maksudnya?” Tanya si Keong.
“Maksudnya… itu depan udah rumah aku, jadi sampai ketemu
besok pagi ya, dah Keong makasih ya udah nganterin aku”. Dan si Keong tetap
saja memasang raut muka semrawut.
Setelah masuk kamarnya si Belalang buru-buru menyambar
bantalnya sambil memandang ke atap kamarnya yang langsung bertemu si langit.
Tuhan.. Kecebong
bilang aku lesbi, tau kenapa? Karena aku gak suka sama Keong.
Aku fikir Kecebong
mulai menggila, atau mungkin mantranya si Keong sudah membabi buta.
Ah aku fikir cinta
tanpa ketampanan itu bukan masalahkan Tuhan? Tapi mungkin ketampanan bisa jadi sesuatu
yang paling berharga, tapi itu beda kasus kan?
Lalu menurut-Mu aku
ini lesbi?
Kalau saja saat itu
aku tidak bertengkar dengan para cupid Mu, mungkin si Kecebong tidak akan terlalu
kesal. Kecebong bilang, “Cupid hanya pengantar, jadi berteman lah dengan baik
agar pasanganmu tersampaikan dengan baik pula”.
Memangnya pasangan
tidak bisa hadir sendiri Tuhan? Iyaaa tanpa para cupid, aku masih enggan dengan
para cupid Mu, Tuhan…
Tuhan, masih nyimpen
ceritaku tentang usilnya para cupid Mu kan?
Lain kali aku akan
menyuruh si Kecebong untuk menyapa dan mengobrol dengan cupid Mu, agar aku
dapat menyapa pasangan ku, yaaa hanya sebentar saja.
Hmmm…..
Tuhan, kenapa hari ini
tidak ada bintang jatuh?
Dan Belalang terbuai dengan gelap nya langit sambil
memandang kesal para bintang yang daritadi terus saja mengejek dia dengan
kelipnya. Sampai akhirnya si Belalang malah tertidur sebelum bintang
menyelesaikan leluconnya.
Hai Belalang begitu
kerennya kah mimpimu? Padahal aku akan melompat ke bumi, tidak adakah
permohonan?
“Haaai Keong… coba lihat siapa yang berfoto dengan ku ini”,
ucap Belalang yang langsung menyodorkan selembar kertas foto hasil jempretan
kamera Polaroid.
“Looh ini kan si Cangcorang, ngapain dia balik lagi kesini? Ini
foto di toko bunganya pak Marmut kan?”
“Ih sewot banget, iya ini Cangcorang makin kece ya, tadi
pagi pas aku anter biji bunga matahari ke pak Marmut aku ketemu dia, jadi
ngobrol-ngobrol gitu deh, kamu tau gak dia itu mau menetap disini untuk waktu
yang lama dan kamu tau apa, aku dikasih gelang sama dia, dia bilang ini gelang
dia bikin sendiri waktu dia di rawa Ge..Geee.. Ge apa yaaa aku lupa yong, ahh
kamu selalu pasang muka aneh tiap aku cerita si Cangcorang. Kita nyari sarapan
di rumah Kecebong aja yuk….”.
gambar dari sini
Ini sebenarnya bukan
cerpen atau cerita bersambung sejenis nya. Ini tuh curhat, tapi 70% atau
malah 85% ceritanya hanya rekayasa semata ahahahaaa. Lalu apa ya namanya? Hmmm…..
namanya cingcong. Karena kebenaran di tulisan ini hanya 10-30 persen saja. Seperti
banyak bualan tapi hanya beberapa bagian saja atau sedikit bagian saja yang
bukan bualan, jadi tulisan ini dikasih label “cingcong”. Ehehehheeee. . . .
6 komentar:
jd si belalang itu siapa sbnrnya?.. hihihi.. :P
Baca ini jd geli, inget tmnku yg suka ngatain org "dasar keong lo!!"
:D
Jumpa lagi Shally.. lama tak jumpa ya.. kangeeen.. hehe.. Aku jg lg lemot BW nih. Lg sok sibuk.. halah.. :D
Curhat gak jelas iniiiih? Gak nyambuuuuung hahahaha....
@Mba Cova : hayoo tebak siapa dia? sama aku juga kangen sama mba hehehheeee kayak udah lamaa banget gak ketemu (ehh padahal emang blom pernah ketemu ya kita) ehehehhehee
@Mba Mayya : iya mba, klo kata anak jaman sekarang mah aku random abiiis ahahahhahaaa...
cerita yang menarik...
salam kenal
komentarin artikel ini ya
http://www.timkomte.com/2012/09/traffic-pengunjung-rumahku-turun.html
@Ahmad Saadilah : makasih banyak :D
Curcol ya???
cewek kok tampan sih??
aq jadi bingung sama belalang :D
Posting Komentar